Zaki Zaenal Arifin

ADAPTASI BARU PEMUDA: BERSATU DAN BANGKIT

 Sudah hampir 8 bulan kita mengalami krisis kesehatan setelah terjadi pandemi Covid 19 yang menimpa masyarakat dunia. Aktifitas masyarakat banyak yang terganggu untuk menjalankan kehidupan secara normal. Semua aktifitas serba terbatas, bahkan menimbulkan ketidakteraturan dalam tatanan masyarakat.

Bukan hanya itu, masyarakat pula banyak yang dirugikan akibat krisis kesehatan pandemi Covid 19. Banyaknya pekerja yang di PHK, usaha semakin tidak jelas arahnya bahkan semakin terpuruk. Dan kriminal semakin merajalela karena semakin bingung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Jika melihat angka statistik dari BPS tahun 2020, angka pengangguran terbuka masyarakat Indonesia hampir diperkirakan diangka 6,88 juta. Angka pengangguran tahun ini menjadikan lonjakan yang sangat tinggi dibandingkan angka pengangguran sebelumnya diperkirakan 6,82 juta.

Banyaknya pengangguran tersebut, memberikan suatu langkah kemunduran bahwa Pemerintah tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, bentuk kegagalan pemerintah dalam mengelola pemerintah. Bahkan masyarakat dipaksa untuk bisa mempertahankan diri sendiri dimasa yang serba sulit dalam perekonomian.

Setelah pemerintah menerapkan kebijakan New Normal pada bulan Mei 2020 yang lalu, untuk bisa beradaptasi selama masa pandemi dan menciptakan tatanan sosial yang baru dalam suatu perubahan yang signifikan terhadap pola-pola masyarakat yang tidak baik dimasa normal. Secara pengertian pemerintah, New Normal  adalah titik balik dimana masyarakat mulai beralih kepada kehidupan tatanan sosial yang baru dan meninggalkan tatanan sosial yang menurut kaca mata pemerintah sudah kadaluarsa untuk dilakukan.

Menurut beberapa ahli, New Normal memberikan suatu pengaruh yang positif bagi masyarakat milenial, karena masyarakat milenial lebih bisa cepat beradaptasi dalam perubahan tatanan sosial. Dan hal ini, sangat menguntungkan bangsa Indonesia dikarenakan Indonesia adalah negara yang akan menyambut bonus demografi di tahun 2030.

Menurut Muktiani Asrie, S.Sos., MPH. analisis kebijakan ahli demografi, bonus demografi merupakan fenomena langka karena hanya akan terjadi satu kali ketika proporsi usia penduduk produktif berada lebih dari dua pertiga jumlah penduduk keseluruhan. Indonesia memasuki era bonus demografi yang terjadi akibat berubahnya struktur umur penduduk, menurunnya rasio perbandingan antara jumlah penduduk non produktif (umur kurang 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15 – 65 tahun).

Jika melihat analisis pakar demografi diatas, memberikan suatu harapan bahwa generasi millenial akan memiliki peran penting dalam menentukan roda pembangunan. Dimana generasi tersebut bisa memberikan keunggulan dan memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan dunia luar merupakan aset berharga yang mampu membawa bangsa Indonesia kearah kemajuan.

Dimasa New Normal akibat krisis ekonomi pandemi Covid 19 tidak menjadikan generasi milenial untuk tidak produktif dalam berbagai hal. Bahkan generasi milenial mampu memberikan terobosan-terobosan yang sangat luar biasa agar produktifitasnya tetap berjalan. Walaupun masih banyak kekurangan yang dalam tantangan ini. Misalnya krisis kesehatan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian bangsa. Kita bisa lihat beberapa rekapan perekonomian selama masa pandemi.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi dimasa pandemi sejak Kuartal 1 (Q1) hanya mencapai 2,97 persen. Nilai itu mendarat jauh dari target Kuartal 1 yang diharapkan tumbuh 4 – 5, 4 – 6 persen. Di Kuartal 2 (Q2) pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin terpuruk dan jauh untuk mengendalikan pertumbuhan perekonomian ke arah yang lebih baik. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi di Kuartal 2 (Q2) diangka minus 5,32 persen.

Kontraksi perekonomian membuat Indonesia semakin sulit, walaupun terobosan-terobosan langkah sudah dilakukan untuk memberikan yang terbaik dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia. Hal itulah yang mengakibatkan terobosan produktifitas generasi milenial sedikit terhambat dalam tatanan sosial baru.

Kondisi tersebut tidak menyurutkan generasi milenial untuk melakukan perubahan-perubahan dalam peran penting roda kebijakan nasional, agar meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak efektif dan efisien.

Momentum Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2020 dengan tema bersatu dan bangkit menjadikan tolak ukur bagi generasi milenial dalam memberikan kontribusi produktif terhadap peran penting roda kebijakan bangsa. Pemuda adalah harapan bagi kemajuan bangsa Indonesia, karena pemuda adalah salah satu tonggak perubahan kemajuan yang lebih baik.

Dimasa krisis kesehatan pandemi Covid 19, pemuda diharapkan bisa memberikan solusi terhadap permasalahan bangsa yang melanda hari ini. Pemuda bisa menunjukkan bersatu dan bangkit dari keterpurukan tatanan sosial masyarakat akibat krisis kesehatan secara global.

Dalam sejarah Indonesia, 28 Oktober 1928 pemuda membuktikan bisa mempersatukan beberapa pemuda yang ada diberbagai daerah untuk bersatu dan bangkit dalam melawan penjajah, karena pemuda bisa merubahnya yang sampai hari ini kita rasakan kemerdekaannnya.

Kita bisa melihat kembali kutipan pidato Bung Karno dalam pidatonya “Berikan aku 100 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Pidato tersebut, membuktikan bahwa peran penting pemuda sangan diperlukan oleh suatu bangsa. karena pemuda sebagai cerminan dalam peradaban majunya suatu bangsa.

Pidato Bung Karno yang menggelegar dan penuh semangat api perjuangan memberikan semangat kepada pemuda agar bersumpah untuk bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan kepentingan bangsanya. Bukan pemuda yang menghabiskan waktunya untuk tidak bermanfaat bagi bangsanya. Sangat merugilah pemuda seperti itu, tidak memanfaatkan waktunya agar bejuang Fisabilillah.

Pesan pidato Bung Karno yang disampaikan memberikan pesan yang mendalam bagi generasi pemuda, momentum sumpah pemuda hari ini untuk bersatu dan bangkit dalam common enemy melawan krisis kesehatan pandemi Covid 19, yang merusak tatanan ekonomi, politik, dan sosial masyarakat Indonesia. Bung Karno sebagai pendiri bangsa, memberikan semangat agar pemuda bersatu dan bangkit terhadap permasalahan-permasalahan bangsa, karena pemuda adalah generasi yang bisa menciptakan terobosan-terobosan untuk memecahkan permasalahan yang kita hadapi.

Keterpurukan akibat pandemi Covid 19, harus segera berakhir. Pemuda harus bersatu dengan terus menyalakan api semangat pemuda agar bisa bangkit kembali dalam rel stabilitas bangsa yang kokoh terhadap dalam menjawab tantangan sekarang ini. Semua tidak bisa diselesaikan sendiri, perlulah kesatuan yang kuat seperti kokohnya dasar beton yang tidak tergoyahkan. Setelah itu, pemuda harus bangkit. Bangkit adalah tonggak kemajuan bagi bangsa Indonesia.

Keberhasilan melawan pandemi Covid 19 tidak akan tercapai apabila pemuda tidak bersatu dan bangkit dalam arti yang sunggug-sungguh. Momentum seperti ini titik dari langkah awal untuk menatap masa depan.

Kalau pemuda generasi terdahulu mampu keluar dari jebakan sikap-sikap primordial suku, agama, ras, dan kultur, menuju persatuan dan kesatuan bangsa maka tugas pemuda saat ini adalah harus bersatu memberikan terobosan solusi-solusi untuk keluar dari krisis kesehatan pandemi Covid 19 yang merusak berbagai tatanan bangsa, bangkit demi menyongsong masa depan dunia lebih baik.

Semangat pemuda harus terus berkobar, bersatu dan bangkit itulah kuncinya dalam menatap dan ikut membangun dunia akibat pandemi covid 19, harus terus menjadi obor penyemangat bagi pengabdian pemuda Indonesia dalam ikut serta berpartisipasi dalam menyelesaikan krisis kesehatan pandemi Covid 19 di kancah dunia.

Di tahun 2020, Indonesia sangat diuntungkan dengan adanya bonus demografi penduduk. Tingginnya usia produktif membuat bangsa ini menjadi generasi emas dalam menopang pembangunan bangsa. Tidak heran apabila pemuda generasi milenial ini sangat cepat beradaptasi dengan keadaan sekarang yang serba digital.

Manfaat inilah yang terus coba dikembangkan agar bonus demografi menjadikan manfaat betul bagi pembangunan bangsa, jangan sampai demografi menjadi petaka bagi bangsa karena pemerintah tidak bisa memanfaatkan betul generasi ini.

Di hari sumpah pemuda 28 Oktober 2020, langkah awal bagi semuanya untuk bersatu dan bangkit. Dalam arti, menggerakkan roda bangsa ke arah yang lebih baik. Baik dalam memanfaatkan produktifitas, efisiensi, dan kecepatan informasi dalam sumber daya manusia.

Bahkan, ada yang menarik dan fenomenal issue yang masih banyak diperbincangkan pro kontra di publik mengenai Undang – undang Cipa Kerja, walaupun UU Ciptaker sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Tapi yang jadi perhatian apakah UU Ciptaker membawa manfaat atau mudharat bagi bangsa.

Jangan sampai setelah di sahkannya, UU Ciptaker malah memberikan kemunduran bagi bangsa, dan kemanfaatn bonus demografi terhadap generasi milenial tidak membawa bangsa ini maju.

Dengan demikian Semoga harapan sumpah pemuda tahun ini dengan tema bersatu dan bangkit, menjadikan titik tolak kita melawan Covid 19.


ZAKI ZAENAL ARIFIN (28 Oktober 2020)

Read More

PERANAN AUSTRALIA DAN PENGAKUAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA


Pemberitaan Sydney Morning Herald tanggal 25 September 1945 mengenai kemerdekaan Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Wilayah Hindia Belanda, yang dikenal warga Australia saat itu dengan sebutan Netherlands East Indies memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Australia barulah mengenal sebutan Negara Indonesia dan segera menyusun langkah-langkah baru untuk mengakui kedaulatan negara tetangga terdekatnya.

 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta langsung menarik perhatian dunia. Peristiwa tersebut menjadi bentuk pernyataan perlawanan untuk merdeka yang pertama kalinya dari negara koloni.

Australia, yang pada saat itu bersekutu dengan Belanda, terpaksa membuat kebijakan baru soal hubungannya dengan Indonesia. Terlebih saat itu Australia hanya mengutamakan hubungan politik dan ekonomi dengan Inggris.

Sejarah mencatat Belanda telah berulang kali mencoba melakukan agresi militer untuk merebut kembali kekuasaannya di Indonesia. Beberapa tokoh nasionalis, termasuk yang sedang berada di Australia, mencoba melobi pemerintah Australia.

Untuk menunjukkan solidaritas, 4.000 warga pekerja kelautan bekerja sama dengan pelaut Indonesia melakukan pemogokan dan menolak melakukan bongkar muat kapal-kapal Belanda yang membawa persenjataan milik Belanda.

Di 1945, Sutan Sjahrir pernah memberikan pidato yang disampaikannya bagi warga Australia. Sjahrir menyatakan Australia sebagai teman, dengan merujuk pada pengalaman kedua negara dalam perang Pasifik melawan Jepang. Ia juga mengakui kesuksesan Australia dengan membuat pasukan Jepang mundur.

Dalam pidatonya juga, Sjahrir berjanji Indonesia yang merdeka akan membantu membela kemerdekaan Australia di masa depan. Inilah, yang menurut saksi sejarah Joe Isaac sebagai tonggak awal hubungan antara Indonesia dan Australia.

Profesor Joe Isaac pernah menjadi asisten pribadi William Macmahon Ball, seorang dosen senior ilmu politik di Universitas of Melbourne. Pascaproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Macmahon Ball dipercaya memimpin delegasi Australia ke Indonesia.

Joe yang saat itu asisten dosen di jurusan ekonomi di Universitas of Melbourne terpilih mendampingi Macmahon Bell karena memiliki pengetahuan soal bahasa Belanda, Indonesia. Joe juga pernah menulis hubungan perdagangan Australia dan Hindia Belanda untuk tesisnya.

"Delegasi Australia bertemu Soekarno dan kabinetnya, khususnya [Sutan] Sjahrir, perdana menteri saat itu, menjadi awal penting dalam hubungan diplomatik kedua negara," kata Profesor Joe.

Sumber: https://republika.co.id/berita/oc00m0366/peranan-australia-dan-pengakuan-kemerdekaan-ri-part1


KISAH HUBUNGAN DAN DUKUNGAN KUAT AUSTRALIA-INDONESIA, DAHULU HINGGA SEKARANG

Gary Quinlan AO (indonesia.embassy.gov.au)

Liputan6.com, Jakarta - Dua minggu yang lalu Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan membuka sebuah pameran bertajuk "Two Nations: A  Friendship is Born" (Dua Bangsa: Lahirnya Sebuah Persahabatan) di Museum Nasional di Jakarta Pusat dan kemudian di Makassar. Pameran ini juga ditampilkan di Surabaya dan Denpasar.

"Tahun ini adalah peringatan ke-70 hubungan diplomatik resmi antara kedua negara kita, tetapi pameran ini menunjukkan sejarah dukungan Australia untuk kemerdekaan Indonesia langsung setelah deklarasi Agustus 1945 dan mengarah ke tahun 1949. Saat itu Australia adalah pendukung terkuat Indonesia," papar Dubes Gary Quinlan pada Jakarta Foreign Correspondents Club – 27 November 2019.

"Tujuh minggu setelah proklamasi 17 Agustus, Australia mengirim misi diplomatik untuk menemui Presiden Sukarno untuk membangun dasar pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Kami negara asing pertama yang melakukan kontak. Namun, Komandan Pasukan Sekutu di Indonesia - yang sedang mempersiapkan kembalinya kontrol Belanda - menolak untuk menerima misi Australia dan mendeportasi anggotanya dengan pesawat militer ke Singapura," imbuhnya.

Gary Quinlan melanjutkan bahwa tiga minggu sebelumnya, boikot oleh pekerja Australia terhadap semua kapal Belanda yang transit Australia menuju ke Indonesia telah dimulai, menghasilkan dukungan masyarakat luas di Australia untuk kemerdekaan. Ketika serangan militer pertama terhadap Republik merdeka diluncurkan pada Juli 1947, Australia mengeluh ke Dewan Keamanan PBB yang baru - pertama kali tindakan semacam itu diambil dalam badan yang baru dibentuk ini.

"Dewan Keamanan membentuk Good Offices Committee PBB dari tiga negara untuk membantu menyelesaikan konflik. Presiden Sukarno memilih Australia untuk mewakili Indonesia dalam diskusi-diskusi PBB ini, yang pada akhirnya mengarah pada kemerdekaan pada tanggal 27 Desember 1949. Australia secara resmi mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka pada hari itu. Serta Australia dan India secara resmi mensponsori keanggotaan Indonesia di PBB," ucapnya.



Menurut Dubes Gary Quinlan, Australia sendiri hanya merupakan negara muda, baru berusia 45 tahun pada saat itu. "Kami baru saja mengalami perang ke-2 dunia untuk menjaga kebebasan kami melawan Nazisme, fasisme, dan militerisme Jepang."

Ia melanjutkan, hak untuk menentukan kemerdekaan sendiri adalah bagian penting dari perjuangan untuk kebebasan dan diwujudkan dalam Piagam PBB yang baru - di mana Australia adalah salah satu arsitek yang paling aktif. Perang Pasifik juga sungguh menunjukkan kepada masyarakat Australia bahwa keamanan Indonesia dan Australia, berdampingan satu sama lain, terkait erat.

"Hari ini, kita telah memiliki Indonesia yang merdeka dengan bangga - negara terbesar keempat di dunia, demokrasi terbesar ketiga dan negara Muslim terbesar - selama 70 tahun. Tetapi realitas geostrategis mendasar bagi kedua negara adalah sama. Tidak ada negara di Asia Tenggara yang lebih penting bagi Australia daripada Indonesia. Dan hanya segelintir negara yang secara global sesuai dengan kepentingan itu," jelas Diplomat Negeri Kanguru itu.

Pria berusia 68 tahun itu mengatakan, Indonesia adalah titik tumpu dari ekosistem strategis tunggal yang dihuni Australia-Indonesia dari Samudera Hindia melintasi utara Australia hingga Pasifik Barat Daya. Indonesia yang tangguh dan makmur memainkan peran sentral dalam membentuk tatanan regional Indo-Pasifik yang muncul. Bobot strategisnya, jarak tradisional dari persaingan kekuasaan besar, pengaruhnya di dalam ASEAN dan kredensial demokrasinya, adalah aset utama dalam apa yang merupakan teater utama dari kompetisi strategis abad ke-21.

"Kedaulatan dan integritasteritorialnya sendiri - termasuk yang berkaitan dengan provinsi Papua - sangat mendasar, seperti yang diakui Australia melalui Perjanjian Lombok 2006.Kedua negara kita berada pada titik balik strategis dalam hubungan kita - yang masih berkembang tetapi sangat pasti - karena wilayah ini berada pada titik balik: secara geo-strategis dan geo-ekonomi, serta karena perubahan teknologi dan ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya," pujinya.

Saat itu, jelasnya, ketangguhan kedua negara ditantang dan masing-masing membuat pilihan yang sangat disengaja untuk merangkul yang lain lebih dekat di era baru ini.

"Kita tidak lagi menghabiskan banyak waktu untuk berbicara satu sama lain tentang diri kita sendiri - tantangan bilateral kita - tetapi semakin berbicara satu sama lain tentang negara lain dan apa yang dapat kita lakukan bersama untuk menciptakan wilayah yang lebih tangguh."

Untuk melakukan itu, tentu saja, hubungan kita sendiri harus tangguh. Secara politis, di antara pemerintah, hubungan kita tidak rapuh secara kronis - seperti yang kadang-kadang dikatakan di masa lalu.

"Mereka sebenarnya terbukti sangat ulet. Seperti negara mana pun - terutama tetangga dengan perbedaan nyata dalam sejarah, asal-usul politik, budaya, dan pembangunan - kita selalu dapat menjadi korban bagi beragam peristiwa. Tetapi kedua negara memiliki kepentingan bersama yang mendasar dalam hubungan yang baik dan membatasi perbedaan yang jarang terjadi."

Secara fungsional, sambung Dubes Gary Quinlan, memiliki beberapa kerja sama terdekat di antara negara-negara di kawasan ini. "Kita adalah mitra terdekat dalam penanggulangan terorisme dan sangat kuat dalam penegakan hukum, pertahanan, kerja sama maritim, manajemen perbatasan, transportasi, penerbangan, pertanian, dan pendidikan."

"Semua hal yang perlu dilakukan tetangga dekat, kita lakukan satu sama lain. Lebih dari 50 lembaga pemerintah Australia bekerja dengan mitra Indonesia di lebih dari 100 bidang kegiatan program. Pemerintahnegara bagian kami terlibat. Universitas-universitas terkemuka kami semakin bekerja sama termasuk dalam penelitian, seperti juga organisasi non-pemerintah dan masyarakat sipil."

Lalu, program kerjasama pembangunan yang canggih dan berkembang telah menjadikan Australia mitra pilihan dalam pengembangan kebijakan dan kelembagaan, tata kelola ekonomi yang tangguh, dan dalam membangun kapasitas teknis dan intelektual. Semua ini adalah alasan mengapa Kedutaan Besar Australia di Jakarta adalah yang terbesar yang pernah ada, lebih dari dua kali ukuran kedutaan terbesar selanjutnya.



Selama tahun lalu, kedua negara telah menyelesaikan dua perjanjian yang berpotensi transformatif satu sama lain - Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP) dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Australia (IA-CEPA).

"Yang pertama - Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP) - menjabarkan program ambisius peningkatan kerjasama kita di lima bidang. Empat di antaranya adalah hubungan bilateral - ekonomi, keamanan dan pertahanan, maritim, dan orang-ke-orang."

Tetapi secara signifikan, program kelima secara unik membangun kerja sama bersama antara kita untuk membentuk kawasan Indo-Pasifik dengan cara yang kita berdua sepakat bahwa kita menginginkannya dibentuk.

Australia hanya memiliki tiga perjanjian strategis komprehensif seperti itu: yang pertama dengan China pada tahun 2014, dan kemudian dengan Singapura dan sekarang dengan Indonesia. Indonesia hanya memiliki tiga: China pada 2013 dan, pada tahun lalu dua lagi - India, lalu Australia. Kemitraan ini bukan hanya pembicaraan diplomatik.

Ini sebenarnya adalah pesan yang sangat disengaja dari kita masing-masing tentang pentingnya satu sama lain, serta pesan dari kita berdua kepada semua orang tentang kemitraan kita dan fakta bahwa kemitraan itu penting.Kerja sama strategis di antara kita, tentu saja bukanlah hal yang baru. Kedua negara sejak dulu selalu bekerja bersama dalam kondisi yang penuh ketidakpastian untuk membangun kawasan. Dan Australia selalu menginvestasikan modal intelektual dan politik untuk masa depan kawasan kita.

"Kita bekerja bersama untuk mengubah APEC – sebuah inisiatif Australiapada 1989 – menjadi Leader’s Summit, yang pertama di Seattle pada 1993; dan kita bergandengan tangan mengembangkan Deklarasi Bogor APEC untuk perdagangan terbuka dan investasi yang diadopsi pada 1994. Kita bekerja untuk mendukung Indonesia dalam penyelesaian damai Kamboja di awal 1990-an, memenuhi sebagian besar kebutuhan operasional. Dan mengembangkan Forum Regional ASEAN terkait keamanan regional."

Indonesia memastikan bahwa kami tergabung dalam keanggotaan asli KTT Asia Timur, satu-satunya forum Pemimpin di kawasan yang berupaya mengelola risiko strategis.

"Kami berdiri untuk mendukung Indonesia ketika kami menentang program ekonomi IMF yang dinilai berisiko untuk Indonesia selama Krisis Keuangan Asia pada 1997-99, dengan demikian membantu transisi ke era baru Reformasi. Pada tahun 2002 kami menginisiasi, dan masih menjadi ketua bersama pada Bali Process on People Smuggling and Human Trafficking (Kesepakatan Bali tentang Penyelundupan Orang dan Perdagangan Manusia)."

"Dan, dihadapkan dengan ancaman bersama dari kombatan teroris asing yang pulang, pada 2017 kami membentuk dan memimpin bersama Pertemuan Sub-Kawasan tentang Penanggulangan Terorisme dan Pejuang Teroris Asing di antara sekelompok negara tetangga."

Kemitraan Strategis Komprehensif baru dinilai meningkatkan kerja sama tersebut ke tingkat yang baru dengan tujuan menjadikannya lebih sistematis dan rutin. Bukan hanya episodik saat dibutuhkan.

"Kedua negara sangat mendukung tatanan berdasarkan aturan yang menjadi sandaran untuk keamanan dan kemakmuran kita, dan kerja sama kita mencerminkan komitmen mendasar ini. Kita sedang mengerjakan reformasi WTO untuk menjaga sistem perdagangan multilateral, yang saat ini berada di bawah ancaman serius."

"Kita adalah pendukung kuat Kemitraan Ekonomi Komprehensif Kawasan (RCEP) yang baru. Kita bekerja sama untuk mengkonsolidasikan Hukum Laut; masa depan Laut China Selatan adalah kepentingan bersama. Dan kami telah mulai bekerja pada inisiatif lautan baru tentang serpihan plastik lautyang dibawa Perdana Menteri Morrison ke G20."

"Sebagai anggota G20, kita juga telah bekerja sama untuk mencegah eksploitasi teroris terhadap internet menyusul pembunuhan terorisme yang mengejutkan di Christchurch. Kita melakukan lebih banyak dan lebih banyak lagi secara bersama-sama dalam memerangi terorisme dan keduanya berbicara satu sama lain tentang bagaimana cara efektif untuk memerangi radikalisasi ekstremis."

Baik KTT Asia Timur serta APEC tetap menjadi area kerja sama utama.

Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN adalah bagian penting dari kemitraan strategis dengan Australia. Negeri Kanguru menjadi mitra pertama, terdekat dan terlengkap di ASEAN.

"Kami adalah pendukung kuatIndonesia dalam memimpin pengembangan Pandangan tentang Indo-Pasifik yang baru, yangtelah menjadi sangat penting dalam menegaskan kembali sentralitas ASEAN secara regionaldan mempertahankan kebebasan memilih pilihan strategis ASEAN.Kita telah memimpin bersama untuk memperkuat Asosiasi Kerja Sama Lingkar SamuderaHindia (IORA), satu-satunya forum tingkat menteri Samudra Hindia yang mencakup 22negara anggota dan merupakan satu-satunya kendaraan di kawasan ini untuk kerja sama dibidang-bidang seperti keamanan dan keselamatan maritim, pemberdayaan perempuan dan ekonomi biru."

"Kita berdua bersama-sama juga terlibat dalam mengembangkan kemitraan dengan kelompok  negara yang lebih kecil di Indo-Pasifik. Indonesia, Australia dan India memiliki kemitraantrilateral dan kedua negara, tentu saja, memiliki kemitraan strategis yang komprehensifdengan Indonesia. Kemungkinan-kemungkinan lain sedang dipertimbangkan."


Kemitraan semacam itu memberikan kedalaman strategis ekstra untuk wilayah Australia dan Indonesia. Perjanjian transformatif kedua adalah Kemitraan Ekonomi Komprehensif, IA-CEPA.

Undang-undang penerapan untuk memungkinkan ratifikasi perjanjian ini telah disetujui diSenat Australia kemarin, yang akan memungkinkannya untuk diratifikasi secara resmi padabulan Desember. Ratifikasi saat ini sedang diproses melalui DPR Indonesia.

IA-CEPA lebih dari sekedar perjanjian perdagangan; perjanjian ini dirancang untuk memperluas kemitraan antara bisnis, institusi dan individu di kedua negara dan untuk membentuk hubungan bilateral kita selama beberapa dekade yang akan datang denganmenciptakan kerangka kerja yang serius untuk pertama kalinya untuk babak baru keterlibatanekonomi di seluruh ekonomi kita - bisnis, produsen utama, penyedia layanan dan investor.Terlepas dari kedekatan kita sebagai tetangga, hubungan ekonomi kita belum cukup.

Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-13 Australia dan Australia juga terbesar ke-13 bagiIndonesia. Tetapi angka dolar Australia yang aktual – AUD 17,6 miliar tahun lalu dalamperdagangan, dan mendekati AUD 6 miliar investasi Australia di Indonesia – membuktikandengan sendirinya. Relatif terhadap hubungan perdagangan dan investasi kita yang lain,angka-angka itu kecil. Sebagai dua ekonomi terbesar di Asia Tenggara, saling berdampingan, baik ekonomi G20 dan sekarang mitra strategis, kita perlu melakukan jauh lebih baik. IA-CEPA adalah perjanjian yang sangat baik bagi kita berdua dan nantinya saat berlaku, dapat menjadi katalisator sejati untuk peluang ekonomi baru.

Hal ini akan membutuhkan banyak advokasi dari pemerintah dan bisnis dan harus mencerminkan implementasi tulus dari perjanjian serta menunjukkan kisah bisnis yang sukses untuk mendorong bisnis lain terlibat dalam pasar masing-masing. Ini tidak akan mudah, tetapi kesempatan akan tersedia.Uniknya, di bawah perjanjian ini, kedua negara akan bermitra pada program kerja samaekonomi dan kegiatan penelitian melalui inovasi di bidang-bidang utama seperti agribisnis, pendidikan dan pelatihan teknis serta kejuruan, kesehatan, standar, keuangan, serta penelitiandan pengembangan lainnya. Ini dirancang untuk memaksimalkan manfaat di masa depan bagi kita berdua melalui sinergi yang lebih besar seiring dengan perubahan teknologi dan ekonomi kita.

Saya harus menyimpulkan dengan merujuk pada apa yang diplomat sebut 'hubungan orang-orang'. Dalam banyak hal, ini adalah bidang yang paling sulit untuk mengukur kemajuan karena pada akhirnya tergantung pada apa yang diketahui orang Australia dan Indonesiatentang satu sama lain dan seberapa akrab dan nyaman kita dengan satu sama lain.

"Datasurvei yang tersedia menunjukkan bahwa kami tidak cukup mengetahui tentang satu sama lain. Universitas-universitas terbaik Australia memiliki beberapa Indonesianis yang palingterkemuka di dunia. Perpustakaan Nasional kami mungkin memiliki koleksi terbaik di duniadari publikasi Indonesia paska-kolonialisme, dalam segala jenis."

"Galeri Nasional kamimemiliki salah satu koleksi tekstil Indonesia terbaik. Galeri tersebut baru saja merampungkan pameran seni kontemporer Indonesia terbesar yang ditampilkan di luar negeri. Galeri tersebutmemesan beberapa karya dan telah membeli banyak karya untuk membangun sebuah koleksi baru."

Tapi hal-hal ini termasuk pengecualian. Pada umumnya warga Australia tahu terlalu sedikit tentang Indonesia atau sering memiliki citra negara yang sudah ketinggalan zaman.Peliputan media tidak selalu membantu; serta juga pengurangan sumber daya yang dihadapi sebagian besar organisasi media luar negeri.

Hal-hal ini mulai berubah – dan kaum muda di kedua negara sangat berperan. Pendekatan dengan media sosial adalah vektor yang sangat konduktif. Hubungan dalam pendidikan khususnya sangat penting dalam hal ini. Sekitar seperempat warga Indonesia yang belajar di luar negeri melakukannya di Australia serta jaringan alumni yang efektif di seluruh nusantara - termasuk Asosiasi Pemuda Australia Indonesia (AIYA) yang didirikan pada 2012 - memperkuat hubungan tersebut, termasuk di antara kalangan wirausaha muda.

Program Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia (AIYEP) telah sukses berjalan sejak 1981 dan Konsorsium Australia untuk Studi Dalam Negeri Indonesia (ACICIS) menempatkan sejumlah mahasiswa terbaik Australia ke universitas-universitas di Indonesia.

Program beasiswa unggulan Pemerintah Australia, The New Colombo Plan (NCP) - yang menyediakan kesempatan bagi para mahasiswa Australia untuk menghabiskan waktu dinegara Indo-Pasifik selama studi mereka - mengembangkan sebuah komunitas besar anak muda Australia yang memiliki pengalaman nyata tentang kawasan kita.

Indonesia adalah  negara yang dipilih oleh lebih dari setengah jumlah murid dari keseluruhan 40 lokasi. Pada akhir tahun depan, hampir 10.000 mahasiswa Australia telah berpartisipasi di Indonesia –yag sudah dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun pertama program ini diterapkan.

Paket keterampilan dalam IA-CEPA, akan mencakup peningkatan jumlah signifikan untukskema pogram berlibur dan bekerja (Work and Holiday scheme), dan ketentuan baru untukprogram magang di sektor bisnis serta lembaga lain antar kedua negara akan terus dapatmeningkatkan kesamaan ini.

Program BRIDGE kami (Membangun Hubungan melalui Dialog Antarbudaya danBerkembangnya Keterlibatan) menjalin hubungan langsung antara sekolah-sekolah Australiadan Indonesia, termasuk madrasah. Data menunjukkan bahwa pemuda yang mendapatmanfaat dari skema seperti tersebut akan saling menjaga antar-hubungan.

Pariwisata dapat menjadi agen yang kuat. Setelah Selandia Baru, Indonesia adalah negarayang lebih suka dikunjungi Australia daripada yang lain. Tahun lalu, lebih dari 1,3 juta warga Australia mengunjungi Indonesia, tinggal paling lama dan menghabiskan paling banyak.Terlalu banyak - 1,1 juta - membatasi diri hanya untuk ke Bali. Ketika Indonesiamengembangkan 10 'Bali' baru, kami berharap dapat melihat warga Australia menikmatikeindahan negara kepulauan yang luar biasa ini.


Australia adalah tujuan yang berkembang bagi warga Indonesia, terutama ketika kelaskonsumennya mulai meningkat; sekitar 215.000 di tahun lalu. Tahun ini telah mengalamipeningkatan 16%. Tourism Australia baru saja membuka kantor cabang di Jakarta. Indonesia- dengan India - adalah salah satu dari dua target pasar utama.

"Pertukaran budaya antara lembaga seni, pameran serta pertunjukan oleh para seniman dari kedua negara juga dilakukan. Baik Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal kami memilikiprogram Diplomasi Publik yang aktif. Akan tetapi, pasar selalu sangat kompetitif dan -seperti - pendanaan selalu terbatas."

Untuk menjangkau di negara yang sangat luas sepertipasti merupakan tantangan tersendiri. Salah satu bidang yang sangat penting adalah meningkatnya program pertukaran antaragama kita.

"Kami telah memiliki program pertukaran Muslim yang sukses sejak tahun 2002. Dan program untuk memperkuat penelitian dan pengajaran di Universitas Islam Indonesia melalui program studi doktoral di Australian National University."

Perdana Menteri Morrison telah memimpin ini bersama dengan Presiden Widodo. Dalamdiskusi pertama mereka sebagai pemimpin di Bogor pada Agustus tahun lalu, mereka sepakatuntuk mempromosikan lebih banyak keterlibatan dengan kaum muda kita. Dialog antaragamapertama Australia dengan Indonesia - menyatukan para anggota agama utama - diadakan diBandung pada bulan Maret tahun ini. Komunitas Muslim Australia memiliki koneksi sendiridengan rekan-rekan Indonesia. Dewan Imam Nasional Australia baru saja menyetujuiprogram kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia.

Pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia tahun depan - yang didasarkan pada tradisi Islam Indonesia yangbertoleransi - akan menawarkan peluang baru untuk kolaborasi yang lebih besar antarakomunitas Muslim kita.

Tahun lalu, dua akademisi terkemuka dalam bidang Indonesia yang berasal dari Australia -Tim Lindsey dan Dave McRae – menerbitkan koleksi esai berjudul "Tetangga Sebelah yang tak Dikenal?: Indonesia dan Australia di Masa Asia.”

Judul mereka bukanlah penilaian, tetapi sebuah pertanyaan.Sebagian besar analisis mereka tentang elemen utama dari hubungan kita menunjukkanbetapa lebih banyak upaya yang diperlukan untuk menjembatani kesenjangan yang masih adasatu sama lain. Itu hal yang tidak mengejutkan.

Akan tetapi, para penulis juga terkejut olehapa yang mereka gambarkan sebagai "kedalaman dan keragaman hubungan yangmengejutkan antara kedua negara" - jelas merupakan dasar yang baik untuk menciptakanfondasi yang bahkan lebih erat. Dunia baru yang tidak dapat diprediksi dan bergejolak di mana kita berada, tentu saja telahmembangkitkan keinginan politik bersama dengan membentuk Kemitraan Strategis Komprehensif dan IA-CEPA dalam rangkaian yang cepat dan seksama selama setahunterakhir, di mana sebagai instrumen dasar transformatif dalam fondasi itu.Saya yakin kita akan mengalami gangguan dalam hubungan kita dari waktu ke waktu, tetapisaya percaya bahwa keadaan kawasan baru yang kita hadapi benar-benar menggerakkan ke arah yang tepat.

Read More

RESPON INDIA TERHADAP KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

simak video diatas sebelum membaca pembelajaran
dibawah ini !

Dalam Konvensi Montevidio Tahun 1933 tertuang persyaratan konstitutif berdirinya sebuah negara. Syarat yang harus dipenuhi adalah adanya penduduk tetap, wilayah tertentu, pemerintah (penguasa yang berdaulat). Namun, untuk menjadi suatu bangsa yang berdaulat dalam praktiknya memerlukan pengakuan negara lain. Jika 3 (tiga) unsur di atas merupakan persyaratan secara hukum internasional terbentuknya suatu negara, maka pengakuan negara lain untuk berdirinya suatu negara hal ini merupakan unsur politik (unsur deklaratif).

Dalam kenyataannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia mendapat respons dari berbagai negara seperti Mesir, India, dan Australia. Fakta ini membuktikan bahwa berdirinya negara Indonesia telah memenuhi unsur deklaratif. 

Periode 1945-1949, bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Belanda yang ingin berkuasa kembali di Indonesia. Perjuangan Indonesia dalam upaya mendapatkan pengakuan internasional tidaklah mudah. Belanda dan sekutunya lama sekali tidak bersedia mengakui Republik Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Oleh karena itu, perjuangan Indonesia di bidang luar negeri (diplomasi) terutama ditujukan pada usaha memperoleh dukungan dan simpati dari masyarakat internasional.

Salah satu negara yang menjadi penghantar pengakuan Internasional tersebut adalah India. Indonesia dan India telah menjalin hubungan yang cukup erat sejak lama, terutama ketika agama Buddha dan Hindu mempengaruhi kehidupan kebudayaan Indonesia. Kedua bangsa juga memiliki kesamaan identitas dalam memperjuangkan kemerdekaan, yakni India atas Inggris dan Indonesia atas Belanda sebagai faktor lain yang membuat India terutama Nehru beserta rakyat India memberikan dukungannya atas perjuangan Indonesia.

Sutan Syahrir, tokoh dibalik diplomatik respon negara India
terhadap dukungan kemerdekaan Republik Indonesia

Biografi Sutan Syahrir

Bahkan di zaman Sutan Syahrir Indonesia mengirim bantuan beras kepada India. Persahabatan kedua bangsa itu juga sudah terjalin cukup lama yakni kedekatan hubungan antar dua pimpinan negara yaitu Nehru dengan Mohammad Hatta yang terjalin sejak Februari 1927. Wujud dukungan India atas usaha diplomasi Indonesia adalah memberikan fasilitas kepada para pelajar Indonesia di India membentuk wadah perjuangan bernama Persatuan Putera Indonesia di India atau biasa disingkat dengan PPII.

Tujuan pokoknya adalah membela negara Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaannya dengan mendesak pimpinan-pimpinan India dan dunia agar mengakui berdirinya Republik Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat. Pada 9 Juni 1946, dari sinilah PPII menjalankan tugas perwakilan dengan menyiarkan, membuat buletin serta brosur-brosur dalam bahasa Inggris, bahasa Urdu serta Indonesia, yang tujuannya menyiarkan segala yang terjadi di Indonesia dan perjuangannya kepada pers dan media massa secara luas kemudian diteruskan ke Perwakilan Republik di London dan New York, di India dan juga di Timur Tengah untuk dibaca oleh masyarakat Indonesia di sana.

Dukungan India juga diwujudkan dengan penyelenggaraan Konferensi Asia untuk Indonesia (Asian Conference on Indonesia) di New Delhi yang berlangsung pada 20-25 Januari 1949. Konferensi ini dihadiri perwakilan dari Afghanistan, Australia, Burma (Myanmar), Ceylon (Sri Lanka), Mesir, Ethiopia, India, Iran, Irak, Lebanon, Indonesia, Pakistan, Filiphina, Saudi Arabia, Suriah, dan Yaman. Dengan peninjau dari China, Nepal, Selandia Baru dan Thailand. Turki menolak hadir.

Pada hari kedua konferensi tersebut menghasilkan sebuah resolusi, yaitu Resolusi New Delhi untuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Banga. Resolusi yang dihasilkan mengenai masalah Indonesia adalah sebagai berikut:
  • Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
  • Pembentukan Pemerintah ad interim yang mempunyai kemerdekaan dalam politik luar negeri, sebelum tanggal 15 Maret 1949.
  • Penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia.
  • Penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Indonesia Serikat paling lambat 1 Januari 1950.
Resolusi ini semakin memperkuat kerja sama antar negara Asia. Salah satu bukti nyata dari Resolusi tersebut langsung diikuti oleh India, Pakistan, Sri Lanka, Mesir dan Arab Saudi yang menutup lapangan udaranya untuk KLM (Maskapai Penerbangan Belanda). Resolusi ini disampaikan Nehru supaya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bersidang membicarakan agresi Belanda terhadap Republik Indonesia. Belanda bukan saja gagal melenyapkan Republik dari bumi Indonesia, bahkan sebaliknya Belanda justru mendapatkan citra buruk atau kecaman di mata dunia.

Semua tuntutan Konferensi New Delhi itu akhirnya termuat dalam resolusi-resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 28 Januari 1949 yang isinya sebagai berikut:

  • Penghentian operasi militer dan gerilya.
  • Pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda.
  • Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.
  • Akan diadakan perundingan secepatnya.

Dukungan mora dan usaha-usaha India di forum internasional, secara tidak langsung memberikan pengaruh yang besar bagi perjuangan diplomasi Indonesia di dunia internasonal. India berhasil membawa Perserikatan Bangsa-Bangsa turut menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda. 

Dengan turut campurnya PBB pada penyelesaian pertikaian ini secara tidak langsung dunia internasional mulai menaruh perhatian terhadap permasalahan di Indonesia pada saat itu. Semua usaha-usaha India ini secara tidak langsung ikut mendorong pengakuan masyarakat internasional atas kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.


SUMBER: Hermawan, dkk.2018.Sejarah 3 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Yudhistira, https://www.kompasiana.com/jansent/5ee43de0d541df452e285372/pengakuan-kemerdekaan-indonesia-dari-india?page=2

    Read More

    Mengikis Moralitas Ganda Keterlibatan Umat Manusia Untuk Bertindak


    MENGIKIS MORALITAS GANDA
    KETERLIBATAN UMAT MANUSIA UNTUK BERTINDAK

    Ketika melihat persoalan isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Apalagi belakangan ini, sebelum Pilgub (pemilu gubernur) DKI yang menguras banyak tenaga, pikiran dan hampir menjadi bencana ancaman bangsa. Isu SARA digunakan sedemikian rupa oleh kelompok yang berkepentingan untuk memuluskan kekuasaannya. Semuanya dilakukan tak pandang bulu, tak memikirkan apa yang terjadi. Dengan membabi buta semuanya menerjang jalan-jalan politik tidak sesuai dengan budaya politik bangsa kita. Tidak terlepas dari itu, isu agama yang digulirkan seperti bola yang dipantulkan tak menentu arah pantulannya, semakin membuat masyarakat kehilangan kesadaran tak sadar telah masuk dalam arena politik di DKI. Semuanya seperti dihipnotis, agar masyarakat masuk kedalam kearena politik kekuasaan yang dimainkan oleh para penguasa politik partai yang mempunyai kepentingan.
    Isu agama menjadi isu yang selalu hangat untuk terus digoreng agar masyarakat beraksi, ikut panas juga karena agama telah dicoreng oleh sekelompok orang yang tidak jelas siapa dirinya, seperti apa bentuknya, tidak berwujud fisik tapi memainkan peranan tersebut. Apalagi masyarakat Indonesia adalah pemeluk mayoritas agama islam, bukan hanya itu masyarakat Indonesia termasuk bangsa yang heterogen dan menjadi negara terbesar ke-3 dunia. Hal ini yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai negara kesatuan republik Indonesia, yang tidak mudah menjaga kesatuan agar tetap bersatu. Berbagai isu digelontorkan untuk menghancurkan bangsa Indonesia agar Indonesia menjadi pecah belah, tetapi hal tersebut selalu dicegah oleh negara kita.
    Jika melihat Fenomena hari ini, teringat kolom-kolom Gusdur yang dibuku-kan yang masih relevan dalam kajian isu agama, buku tersebut dengan judul “Tuhan Tidak Perlu Dibela”. Dalam kolom buku tersebut ada yang menarik tentang moralitas ganda dalam beragama. Terasa semakin sulit dan para mubaligh dimasa kini merasa senang sekali mengutip ucapan Nabi: “Beramallah bagi (kepentingan) duniamu seolah-olah kau benar-benar akan hidup selamanya; dan beramallah untuk (kepentingan) akhiratmu seolah-olah engkau benar-benar akan mati esok”. Dengan ucapan itu, maka kemudian dibuktikan bahwa Islam memandang urusan duniawi sama pentingnya dengan urusan ukhrawi.
    Akan tetapi, ada akibat sampingan dari penafsiran dictum diatas secara demikian itu. Keinginan untk menghilangkan tekanan terlalu besar atas urusan ukhrawi dan mengembalikan perhatian pada soal-soal duniawi dalam proporsi yang wajar, akhirnya mengakibatkan dikotomi dalam sikap dan pandangan hidup muslim modern. Dikotomi itu terutama mengambil bentuk pemisahan antara soal-soal duniawi dan soal-soal ukhrawi, dimana sikap dan pandangan si muslim modern itu menjadi berjarak sangat jauh dalam menangani masalah keduanya.
    Secara kolektif, modernism pasrial dikalangan kaum muslimin ini, yang sudah berkembang kurang lebih satu abad, akhrinya menghasilkan moralitas ganda yang dewasa ini dapat kita amati bersama manifestasinya dalam berbagai bentuk. Ada kegairahan membangun masjid yang megah seperti istana agar terlihat megah memamerkan kepada yang lain, bahwa dengan membangun masjid yang megah ia sudah menyenangkan Tuhan-Nya, tetapi tidak ada kepekaan yang cukup yang tidak disertai pada penderitaan sesame manusia, dalam kerajinan memelihara ritus keagamaan tanpa merasa malu memperagakan kemewahan hidup di tengah-tengah merajalelanya kemelaratan dan kemiskinan, dalam kepongahan para pemuka agama untuk mengerahkan massa mereka bagi tujuan-tujuan duniawi yang bersifat pribadi, dan lebih-lebih picik dalam kepatuhan dan kealiman di muka umum yang menyembunyikan kesenangan pada maksiat dalam kehidupan pribadi.
    Masih banyak lagi contoh yang dapat dikemukakan, tetapi dari contoh tersebut sudah tampak nyata yang terjadi sekarang ini, betapa telah mencengkrama moralitas ganda yang dilihatkan dalam bentuk sikap dan pandangan kaum muslimin sekarang ini. Mengaku mayoritas umat muslim terbanyak belum mendorong pembangunan dalam arti sesungguhnya. Umat muslim disibukkan “kegiatan agama dengan pembuatan sarana-sarana lahiriah, seperti masjid, kepadatan “kehdiupan beragama” dengan semua ritusnya, MTQ, kepuasan mengabdi pada agama dengan berbagai kerja penyiaran agama, semuanya menutup mata kaum muslimin pada umumnya dari tugas utama agama: mengangkat derajat manusia dari kemiskinan dan kehinaan. Kalua diingat betapa eratnya ajaran islam berkait dengan upaya meringankan beban si miskin dan si yatim, akan terlihat betapa jauhnya suasana kehidupan kaum muslimin dimana-mana dari inti agama mereka.
    Untuk memperbaiki kepincangan diatas, jelaslah kaum muslimin harus mampu dan berani mengadakan koreksi atas moralitas yang mereka hayati sekarang ini. Meraka tidak boleh bersikap apatis terhadap kerusakan berat yang ditimbulkan dalam sikap dan pandangan hidup mereka oleh moralitas ganda yang ada. Membiarkan terjadinya korupsi besar-besaran oleh perorangan maupun kelompok yang mendukungnya dengan menyibukkan diri dengan ritus-ritus hanya akan berarti membiarkan berlangsungnya pemiskinan bangsa yang semakin miskin dan terpuruk. Sikap pura-pura tidak tahu-menahu tentang upaya menegakkan hak-hak asasi manusia, untuk dicukupkan bersantai-santai dengan manifestasi keagamaan yang bersifat lahiriah belaka, tidak lain hanya berarti semakin tertundanya proses perataan kesejahteraan.
    Dengan demikian, moralitas yang harus ditumbuhkan haruslah memiliki watak utama yang berupa keterlibatan pada perjuangan si miskin untuk memperoleh kehidupan yang layak dan penghargaan yang wajar atas hak-hak asasi mereka. Hanya dengan cara demikianlah derajat agama itu sendiri ditunjang oleh pemeluknya. Semakin tinggi martabat manusia yang menjadi pemeluknya maka semakin tinggi pula martabat agama itu sendiri. Moralitas yang sedemikian penuh dengan keterlibatan pada upaya yang mengangkat martabat manusia inilah yang dikehendaki kaum muslimin sekarang ini, bukannya moralitas cengeng yang penuh dengan persoalan-persoalan sampingan seperti kehiruk-pikukan sekitar bahayanya narkotika, teroris dan sebagainya. Moralitas islam adalah moralitas yang merasa terlibat dengan penderitaan sesama manusia, bukannya yang justru menghukumi mereka yang menderita itu.
    Jika kita sudah memahami moralitas yang dibawakan agama sebagai rasa keterlibatan yang digambarkan diatas, maka masalah bahaya narkotika dan terorisme bisa diselesaikan, dengan mengikis penderitaan dan mengangkat derajat si miskin dari keterpurukan yang dihadapi sekarang ini.

                                                                                        Menes, 02 Maret 2018


    REFEENSI
    Wahid Abdurrahman. 2010. Tuhan Tidak Perlu Dibela. LKIS

    Read More

    Budaya Politik Identitas Berbangsa dan Bernegara


    “Budaya Politik  Identitas Berbangsa dan Bernegara”

    Bulan ini adalah bulan yang membuat perubahan di dalam masyarakat, karena tak ada bulan yang membuat masyarakat berubah secara aktif terlibat di dalam menentukan pilihan pemimpinnya.
    Bulan ini adalah bulan pemilihan pergantian menentukan pemimpin, semua calon pemimpin berlomba-lomba untuk menarik simpati masyarakat agar bisa dipercaya untuk mendapatkan kekuasaan dan memimpin wilayah kekuasaannya.
    Bulan ini, ada yang menganggap acuh tak acuh, senang, gembira, dan ada juga yang marah. Berbagai anggapan masyarakat melihat bulan inilah bulan yang ruwet secara kondisi social masyarakat.
    Banyak anggapan dari masyarakat yang mengatakan, Ada yang mengatakan bulan ini, memperpecah antara saudara, ada yang mengatakan bulan ini, mendapatkan rezeki yang berlimpah entah karena dapat proyek souvenir kampanye atau menjadi tim pendukung, ada yang mengatakan bulan ini, bisa mendapatkan kawan baru, ada yang mengatakan bulan ini, mendapatkan musuh baru, ada yang mengatakan bulan ini, mendapatkan lawan baru, ada yang mengatakan bulan ini, sebagai bulan yang tidak mau masyarakat inginkan sebagai orang yang hidup di masyarakat.
    Anggapan tersebut, seolah karena kehidupan kita penuh dengan aturan budaya yang beradab, jika melakukan politik demokratis yang menurut sebagian masyarakat menganggap bahwa politik tersebut tidak beradab dan bukan budaya Indonesia yang telah dianut oleh leluhur kita. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa politik demokrasi adalah system perpolitikan yang paling pas bagi Indonesia, karena Indonesia adalah negara multicultural yang mempunyai 6 agama resmi yaitu islam, Kristen, katolik, hindu, budha dan yang baru disahkan adalah konghucu. Bukan hanya itu, Indonesia pula menjadi negara yang mempunyai beribu-ribu pulau dari sabang sampai merauke, menurut para ahli Indonesia mempunya pulau sekitar 17 ribu pulau, alangkah besarnya Indonesia bisa mengelola negara yang begitu besar dan tak mudah. Kemudian Indonesia mempunyai lebih dari 100 ribu suku yang tidak bisa disebutkan satu-persatu dari daerah ke daerah lain. Hal ini yang membuat bahwa Indonesia adalah negara yang pas memakai system politik demokrasi.
    Bahkan pemimpin yang memimpin Indonesia harus benar-benar yang bisa mengolah Indonesia yang sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang diproklamirkan oleh founding father bangsa kita. Inilah yang harus kita lihat dan ingat, agar supaya bangsa tetap ada dijalan koridor cita-cita semua.

                                                                     Caringin, 26 Oktober 2017
                                                                          Zaki Zaenal Arifin

    Read More