PERANAN AUSTRALIA DAN PENGAKUAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Pemberitaan Sydney Morning Herald tanggal 25 September 1945 mengenai kemerdekaan Indonesia
REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Wilayah Hindia Belanda, yang dikenal warga Australia saat itu dengan sebutan Netherlands East Indies memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Australia barulah mengenal sebutan Negara Indonesia dan segera menyusun langkah-langkah baru untuk mengakui kedaulatan negara tetangga terdekatnya.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta langsung menarik perhatian dunia. Peristiwa tersebut menjadi bentuk pernyataan perlawanan untuk merdeka yang pertama kalinya dari negara koloni.
Australia, yang pada saat itu bersekutu dengan Belanda, terpaksa membuat kebijakan baru soal hubungannya dengan Indonesia. Terlebih saat itu Australia hanya mengutamakan hubungan politik dan ekonomi dengan Inggris.
Sejarah mencatat Belanda telah berulang kali mencoba melakukan agresi militer untuk merebut kembali kekuasaannya di Indonesia. Beberapa tokoh nasionalis, termasuk yang sedang berada di Australia, mencoba melobi pemerintah Australia.
Untuk menunjukkan solidaritas, 4.000 warga pekerja kelautan bekerja sama dengan pelaut Indonesia melakukan pemogokan dan menolak melakukan bongkar muat kapal-kapal Belanda yang membawa persenjataan milik Belanda.
Di 1945, Sutan Sjahrir pernah memberikan pidato yang disampaikannya bagi warga Australia. Sjahrir menyatakan Australia sebagai teman, dengan merujuk pada pengalaman kedua negara dalam perang Pasifik melawan Jepang. Ia juga mengakui kesuksesan Australia dengan membuat pasukan Jepang mundur.
Dalam pidatonya juga, Sjahrir berjanji Indonesia yang merdeka akan membantu membela kemerdekaan Australia di masa depan. Inilah, yang menurut saksi sejarah Joe Isaac sebagai tonggak awal hubungan antara Indonesia dan Australia.
Profesor Joe Isaac pernah menjadi asisten pribadi William Macmahon Ball, seorang dosen senior ilmu politik di Universitas of Melbourne. Pascaproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Macmahon Ball dipercaya memimpin delegasi Australia ke Indonesia.
Joe yang saat itu asisten dosen di jurusan ekonomi di Universitas of Melbourne terpilih mendampingi Macmahon Bell karena memiliki pengetahuan soal bahasa Belanda, Indonesia. Joe juga pernah menulis hubungan perdagangan Australia dan Hindia Belanda untuk tesisnya.
"Delegasi Australia bertemu Soekarno dan kabinetnya, khususnya [Sutan] Sjahrir, perdana menteri saat itu, menjadi awal penting dalam hubungan diplomatik kedua negara," kata Profesor Joe.
Sumber: https://republika.co.id/berita/oc00m0366/peranan-australia-dan-pengakuan-kemerdekaan-ri-part1
KISAH HUBUNGAN DAN DUKUNGAN KUAT AUSTRALIA-INDONESIA, DAHULU HINGGA SEKARANG
Gary Quinlan AO (indonesia.embassy.gov.au)
Liputan6.com, Jakarta - Dua minggu yang lalu Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan membuka sebuah pameran bertajuk "Two Nations: A Friendship is Born" (Dua Bangsa: Lahirnya Sebuah Persahabatan) di Museum Nasional di Jakarta Pusat dan kemudian di Makassar. Pameran ini juga ditampilkan di Surabaya dan Denpasar.
"Tahun ini adalah peringatan ke-70 hubungan diplomatik resmi antara kedua negara kita, tetapi pameran ini menunjukkan sejarah dukungan Australia untuk kemerdekaan Indonesia langsung setelah deklarasi Agustus 1945 dan mengarah ke tahun 1949. Saat itu Australia adalah pendukung terkuat Indonesia," papar Dubes Gary Quinlan pada Jakarta Foreign Correspondents Club – 27 November 2019.
"Tujuh minggu setelah proklamasi 17 Agustus, Australia mengirim misi diplomatik untuk menemui Presiden Sukarno untuk membangun dasar pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Kami negara asing pertama yang melakukan kontak. Namun, Komandan Pasukan Sekutu di Indonesia - yang sedang mempersiapkan kembalinya kontrol Belanda - menolak untuk menerima misi Australia dan mendeportasi anggotanya dengan pesawat militer ke Singapura," imbuhnya.
Gary Quinlan melanjutkan bahwa tiga minggu sebelumnya, boikot oleh pekerja Australia terhadap semua kapal Belanda yang transit Australia menuju ke Indonesia telah dimulai, menghasilkan dukungan masyarakat luas di Australia untuk kemerdekaan. Ketika serangan militer pertama terhadap Republik merdeka diluncurkan pada Juli 1947, Australia mengeluh ke Dewan Keamanan PBB yang baru - pertama kali tindakan semacam itu diambil dalam badan yang baru dibentuk ini.
"Dewan Keamanan membentuk Good Offices Committee PBB dari tiga negara untuk membantu menyelesaikan konflik. Presiden Sukarno memilih Australia untuk mewakili Indonesia dalam diskusi-diskusi PBB ini, yang pada akhirnya mengarah pada kemerdekaan pada tanggal 27 Desember 1949. Australia secara resmi mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka pada hari itu. Serta Australia dan India secara resmi mensponsori keanggotaan Indonesia di PBB," ucapnya.
Menurut Dubes Gary Quinlan, Australia sendiri hanya merupakan negara muda, baru berusia 45 tahun pada saat itu. "Kami baru saja mengalami perang ke-2 dunia untuk menjaga kebebasan kami melawan Nazisme, fasisme, dan militerisme Jepang."
Ia melanjutkan, hak untuk menentukan kemerdekaan sendiri adalah bagian penting dari perjuangan untuk kebebasan dan diwujudkan dalam Piagam PBB yang baru - di mana Australia adalah salah satu arsitek yang paling aktif. Perang Pasifik juga sungguh menunjukkan kepada masyarakat Australia bahwa keamanan Indonesia dan Australia, berdampingan satu sama lain, terkait erat.
"Hari ini, kita telah memiliki Indonesia yang merdeka dengan bangga - negara terbesar keempat di dunia, demokrasi terbesar ketiga dan negara Muslim terbesar - selama 70 tahun. Tetapi realitas geostrategis mendasar bagi kedua negara adalah sama. Tidak ada negara di Asia Tenggara yang lebih penting bagi Australia daripada Indonesia. Dan hanya segelintir negara yang secara global sesuai dengan kepentingan itu," jelas Diplomat Negeri Kanguru itu.
Pria berusia 68 tahun itu mengatakan, Indonesia adalah titik tumpu dari ekosistem strategis tunggal yang dihuni Australia-Indonesia dari Samudera Hindia melintasi utara Australia hingga Pasifik Barat Daya. Indonesia yang tangguh dan makmur memainkan peran sentral dalam membentuk tatanan regional Indo-Pasifik yang muncul. Bobot strategisnya, jarak tradisional dari persaingan kekuasaan besar, pengaruhnya di dalam ASEAN dan kredensial demokrasinya, adalah aset utama dalam apa yang merupakan teater utama dari kompetisi strategis abad ke-21.
"Kedaulatan dan integritasteritorialnya sendiri - termasuk yang berkaitan dengan provinsi Papua - sangat mendasar, seperti yang diakui Australia melalui Perjanjian Lombok 2006.Kedua negara kita berada pada titik balik strategis dalam hubungan kita - yang masih berkembang tetapi sangat pasti - karena wilayah ini berada pada titik balik: secara geo-strategis dan geo-ekonomi, serta karena perubahan teknologi dan ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya," pujinya.
Saat itu, jelasnya, ketangguhan kedua negara ditantang dan masing-masing membuat pilihan yang sangat disengaja untuk merangkul yang lain lebih dekat di era baru ini.
"Kita tidak lagi menghabiskan banyak waktu untuk berbicara satu sama lain tentang diri kita sendiri - tantangan bilateral kita - tetapi semakin berbicara satu sama lain tentang negara lain dan apa yang dapat kita lakukan bersama untuk menciptakan wilayah yang lebih tangguh."
Untuk melakukan itu, tentu saja, hubungan kita sendiri harus tangguh. Secara politis, di antara pemerintah, hubungan kita tidak rapuh secara kronis - seperti yang kadang-kadang dikatakan di masa lalu.
"Mereka sebenarnya terbukti sangat ulet. Seperti negara mana pun - terutama tetangga dengan perbedaan nyata dalam sejarah, asal-usul politik, budaya, dan pembangunan - kita selalu dapat menjadi korban bagi beragam peristiwa. Tetapi kedua negara memiliki kepentingan bersama yang mendasar dalam hubungan yang baik dan membatasi perbedaan yang jarang terjadi."
Secara fungsional, sambung Dubes Gary Quinlan, memiliki beberapa kerja sama terdekat di antara negara-negara di kawasan ini. "Kita adalah mitra terdekat dalam penanggulangan terorisme dan sangat kuat dalam penegakan hukum, pertahanan, kerja sama maritim, manajemen perbatasan, transportasi, penerbangan, pertanian, dan pendidikan."
"Semua hal yang perlu dilakukan tetangga dekat, kita lakukan satu sama lain. Lebih dari 50 lembaga pemerintah Australia bekerja dengan mitra Indonesia di lebih dari 100 bidang kegiatan program. Pemerintahnegara bagian kami terlibat. Universitas-universitas terkemuka kami semakin bekerja sama termasuk dalam penelitian, seperti juga organisasi non-pemerintah dan masyarakat sipil."
Lalu, program kerjasama pembangunan yang canggih dan berkembang telah menjadikan Australia mitra pilihan dalam pengembangan kebijakan dan kelembagaan, tata kelola ekonomi yang tangguh, dan dalam membangun kapasitas teknis dan intelektual. Semua ini adalah alasan mengapa Kedutaan Besar Australia di Jakarta adalah yang terbesar yang pernah ada, lebih dari dua kali ukuran kedutaan terbesar selanjutnya.
Selama tahun lalu, kedua negara telah menyelesaikan dua perjanjian yang berpotensi transformatif satu sama lain - Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP) dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia Australia (IA-CEPA).
"Yang pertama - Kemitraan Strategis Komprehensif (CSP) - menjabarkan program ambisius peningkatan kerjasama kita di lima bidang. Empat di antaranya adalah hubungan bilateral - ekonomi, keamanan dan pertahanan, maritim, dan orang-ke-orang."
Tetapi secara signifikan, program kelima secara unik membangun kerja sama bersama antara kita untuk membentuk kawasan Indo-Pasifik dengan cara yang kita berdua sepakat bahwa kita menginginkannya dibentuk.
Australia hanya memiliki tiga perjanjian strategis komprehensif seperti itu: yang pertama dengan China pada tahun 2014, dan kemudian dengan Singapura dan sekarang dengan Indonesia. Indonesia hanya memiliki tiga: China pada 2013 dan, pada tahun lalu dua lagi - India, lalu Australia. Kemitraan ini bukan hanya pembicaraan diplomatik.
Ini sebenarnya adalah pesan yang sangat disengaja dari kita masing-masing tentang pentingnya satu sama lain, serta pesan dari kita berdua kepada semua orang tentang kemitraan kita dan fakta bahwa kemitraan itu penting.Kerja sama strategis di antara kita, tentu saja bukanlah hal yang baru. Kedua negara sejak dulu selalu bekerja bersama dalam kondisi yang penuh ketidakpastian untuk membangun kawasan. Dan Australia selalu menginvestasikan modal intelektual dan politik untuk masa depan kawasan kita.
"Kita bekerja bersama untuk mengubah APEC – sebuah inisiatif Australiapada 1989 – menjadi Leader’s Summit, yang pertama di Seattle pada 1993; dan kita bergandengan tangan mengembangkan Deklarasi Bogor APEC untuk perdagangan terbuka dan investasi yang diadopsi pada 1994. Kita bekerja untuk mendukung Indonesia dalam penyelesaian damai Kamboja di awal 1990-an, memenuhi sebagian besar kebutuhan operasional. Dan mengembangkan Forum Regional ASEAN terkait keamanan regional."
Indonesia memastikan bahwa kami tergabung dalam keanggotaan asli KTT Asia Timur, satu-satunya forum Pemimpin di kawasan yang berupaya mengelola risiko strategis.
"Kami berdiri untuk mendukung Indonesia ketika kami menentang program ekonomi IMF yang dinilai berisiko untuk Indonesia selama Krisis Keuangan Asia pada 1997-99, dengan demikian membantu transisi ke era baru Reformasi. Pada tahun 2002 kami menginisiasi, dan masih menjadi ketua bersama pada Bali Process on People Smuggling and Human Trafficking (Kesepakatan Bali tentang Penyelundupan Orang dan Perdagangan Manusia)."
"Dan, dihadapkan dengan ancaman bersama dari kombatan teroris asing yang pulang, pada 2017 kami membentuk dan memimpin bersama Pertemuan Sub-Kawasan tentang Penanggulangan Terorisme dan Pejuang Teroris Asing di antara sekelompok negara tetangga."
Kemitraan Strategis Komprehensif baru dinilai meningkatkan kerja sama tersebut ke tingkat yang baru dengan tujuan menjadikannya lebih sistematis dan rutin. Bukan hanya episodik saat dibutuhkan.
"Kedua negara sangat mendukung tatanan berdasarkan aturan yang menjadi sandaran untuk keamanan dan kemakmuran kita, dan kerja sama kita mencerminkan komitmen mendasar ini. Kita sedang mengerjakan reformasi WTO untuk menjaga sistem perdagangan multilateral, yang saat ini berada di bawah ancaman serius."
"Kita adalah pendukung kuat Kemitraan Ekonomi Komprehensif Kawasan (RCEP) yang baru. Kita bekerja sama untuk mengkonsolidasikan Hukum Laut; masa depan Laut China Selatan adalah kepentingan bersama. Dan kami telah mulai bekerja pada inisiatif lautan baru tentang serpihan plastik lautyang dibawa Perdana Menteri Morrison ke G20."
"Sebagai anggota G20, kita juga telah bekerja sama untuk mencegah eksploitasi teroris terhadap internet menyusul pembunuhan terorisme yang mengejutkan di Christchurch. Kita melakukan lebih banyak dan lebih banyak lagi secara bersama-sama dalam memerangi terorisme dan keduanya berbicara satu sama lain tentang bagaimana cara efektif untuk memerangi radikalisasi ekstremis."
Baik KTT Asia Timur serta APEC tetap menjadi area kerja sama utama.
Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN adalah bagian penting dari kemitraan strategis dengan Australia. Negeri Kanguru menjadi mitra pertama, terdekat dan terlengkap di ASEAN.
"Kami adalah pendukung kuatIndonesia dalam memimpin pengembangan Pandangan tentang Indo-Pasifik yang baru, yangtelah menjadi sangat penting dalam menegaskan kembali sentralitas ASEAN secara regionaldan mempertahankan kebebasan memilih pilihan strategis ASEAN.Kita telah memimpin bersama untuk memperkuat Asosiasi Kerja Sama Lingkar SamuderaHindia (IORA), satu-satunya forum tingkat menteri Samudra Hindia yang mencakup 22negara anggota dan merupakan satu-satunya kendaraan di kawasan ini untuk kerja sama dibidang-bidang seperti keamanan dan keselamatan maritim, pemberdayaan perempuan dan ekonomi biru."
"Kita berdua bersama-sama juga terlibat dalam mengembangkan kemitraan dengan kelompok negara yang lebih kecil di Indo-Pasifik. Indonesia, Australia dan India memiliki kemitraantrilateral dan kedua negara, tentu saja, memiliki kemitraan strategis yang komprehensifdengan Indonesia. Kemungkinan-kemungkinan lain sedang dipertimbangkan."
Kemitraan semacam itu memberikan kedalaman strategis ekstra untuk wilayah Australia dan Indonesia. Perjanjian transformatif kedua adalah Kemitraan Ekonomi Komprehensif, IA-CEPA.
Undang-undang penerapan untuk memungkinkan ratifikasi perjanjian ini telah disetujui diSenat Australia kemarin, yang akan memungkinkannya untuk diratifikasi secara resmi padabulan Desember. Ratifikasi saat ini sedang diproses melalui DPR Indonesia.
IA-CEPA lebih dari sekedar perjanjian perdagangan; perjanjian ini dirancang untuk memperluas kemitraan antara bisnis, institusi dan individu di kedua negara dan untuk membentuk hubungan bilateral kita selama beberapa dekade yang akan datang denganmenciptakan kerangka kerja yang serius untuk pertama kalinya untuk babak baru keterlibatanekonomi di seluruh ekonomi kita - bisnis, produsen utama, penyedia layanan dan investor.Terlepas dari kedekatan kita sebagai tetangga, hubungan ekonomi kita belum cukup.
Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-13 Australia dan Australia juga terbesar ke-13 bagiIndonesia. Tetapi angka dolar Australia yang aktual – AUD 17,6 miliar tahun lalu dalamperdagangan, dan mendekati AUD 6 miliar investasi Australia di Indonesia – membuktikandengan sendirinya. Relatif terhadap hubungan perdagangan dan investasi kita yang lain,angka-angka itu kecil. Sebagai dua ekonomi terbesar di Asia Tenggara, saling berdampingan, baik ekonomi G20 dan sekarang mitra strategis, kita perlu melakukan jauh lebih baik. IA-CEPA adalah perjanjian yang sangat baik bagi kita berdua dan nantinya saat berlaku, dapat menjadi katalisator sejati untuk peluang ekonomi baru.
Hal ini akan membutuhkan banyak advokasi dari pemerintah dan bisnis dan harus mencerminkan implementasi tulus dari perjanjian serta menunjukkan kisah bisnis yang sukses untuk mendorong bisnis lain terlibat dalam pasar masing-masing. Ini tidak akan mudah, tetapi kesempatan akan tersedia.Uniknya, di bawah perjanjian ini, kedua negara akan bermitra pada program kerja samaekonomi dan kegiatan penelitian melalui inovasi di bidang-bidang utama seperti agribisnis, pendidikan dan pelatihan teknis serta kejuruan, kesehatan, standar, keuangan, serta penelitiandan pengembangan lainnya. Ini dirancang untuk memaksimalkan manfaat di masa depan bagi kita berdua melalui sinergi yang lebih besar seiring dengan perubahan teknologi dan ekonomi kita.
Saya harus menyimpulkan dengan merujuk pada apa yang diplomat sebut 'hubungan orang-orang'. Dalam banyak hal, ini adalah bidang yang paling sulit untuk mengukur kemajuan karena pada akhirnya tergantung pada apa yang diketahui orang Australia dan Indonesiatentang satu sama lain dan seberapa akrab dan nyaman kita dengan satu sama lain.
"Datasurvei yang tersedia menunjukkan bahwa kami tidak cukup mengetahui tentang satu sama lain. Universitas-universitas terbaik Australia memiliki beberapa Indonesianis yang palingterkemuka di dunia. Perpustakaan Nasional kami mungkin memiliki koleksi terbaik di duniadari publikasi Indonesia paska-kolonialisme, dalam segala jenis."
"Galeri Nasional kamimemiliki salah satu koleksi tekstil Indonesia terbaik. Galeri tersebut baru saja merampungkan pameran seni kontemporer Indonesia terbesar yang ditampilkan di luar negeri. Galeri tersebutmemesan beberapa karya dan telah membeli banyak karya untuk membangun sebuah koleksi baru."
Tapi hal-hal ini termasuk pengecualian. Pada umumnya warga Australia tahu terlalu sedikit tentang Indonesia atau sering memiliki citra negara yang sudah ketinggalan zaman.Peliputan media tidak selalu membantu; serta juga pengurangan sumber daya yang dihadapi sebagian besar organisasi media luar negeri.
Hal-hal ini mulai berubah – dan kaum muda di kedua negara sangat berperan. Pendekatan dengan media sosial adalah vektor yang sangat konduktif. Hubungan dalam pendidikan khususnya sangat penting dalam hal ini. Sekitar seperempat warga Indonesia yang belajar di luar negeri melakukannya di Australia serta jaringan alumni yang efektif di seluruh nusantara - termasuk Asosiasi Pemuda Australia Indonesia (AIYA) yang didirikan pada 2012 - memperkuat hubungan tersebut, termasuk di antara kalangan wirausaha muda.
Program Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia (AIYEP) telah sukses berjalan sejak 1981 dan Konsorsium Australia untuk Studi Dalam Negeri Indonesia (ACICIS) menempatkan sejumlah mahasiswa terbaik Australia ke universitas-universitas di Indonesia.
Program beasiswa unggulan Pemerintah Australia, The New Colombo Plan (NCP) - yang menyediakan kesempatan bagi para mahasiswa Australia untuk menghabiskan waktu dinegara Indo-Pasifik selama studi mereka - mengembangkan sebuah komunitas besar anak muda Australia yang memiliki pengalaman nyata tentang kawasan kita.
Indonesia adalah negara yang dipilih oleh lebih dari setengah jumlah murid dari keseluruhan 40 lokasi. Pada akhir tahun depan, hampir 10.000 mahasiswa Australia telah berpartisipasi di Indonesia –yag sudah dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun pertama program ini diterapkan.
Paket keterampilan dalam IA-CEPA, akan mencakup peningkatan jumlah signifikan untukskema pogram berlibur dan bekerja (Work and Holiday scheme), dan ketentuan baru untukprogram magang di sektor bisnis serta lembaga lain antar kedua negara akan terus dapatmeningkatkan kesamaan ini.
Program BRIDGE kami (Membangun Hubungan melalui Dialog Antarbudaya danBerkembangnya Keterlibatan) menjalin hubungan langsung antara sekolah-sekolah Australiadan Indonesia, termasuk madrasah. Data menunjukkan bahwa pemuda yang mendapatmanfaat dari skema seperti tersebut akan saling menjaga antar-hubungan.
Pariwisata dapat menjadi agen yang kuat. Setelah Selandia Baru, Indonesia adalah negarayang lebih suka dikunjungi Australia daripada yang lain. Tahun lalu, lebih dari 1,3 juta warga Australia mengunjungi Indonesia, tinggal paling lama dan menghabiskan paling banyak.Terlalu banyak - 1,1 juta - membatasi diri hanya untuk ke Bali. Ketika Indonesiamengembangkan 10 'Bali' baru, kami berharap dapat melihat warga Australia menikmatikeindahan negara kepulauan yang luar biasa ini.
Australia adalah tujuan yang berkembang bagi warga Indonesia, terutama ketika kelaskonsumennya mulai meningkat; sekitar 215.000 di tahun lalu. Tahun ini telah mengalamipeningkatan 16%. Tourism Australia baru saja membuka kantor cabang di Jakarta. Indonesia- dengan India - adalah salah satu dari dua target pasar utama.
"Pertukaran budaya antara lembaga seni, pameran serta pertunjukan oleh para seniman dari kedua negara juga dilakukan. Baik Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal kami memilikiprogram Diplomasi Publik yang aktif. Akan tetapi, pasar selalu sangat kompetitif dan -seperti - pendanaan selalu terbatas."
Untuk menjangkau di negara yang sangat luas sepertipasti merupakan tantangan tersendiri. Salah satu bidang yang sangat penting adalah meningkatnya program pertukaran antaragama kita.
"Kami telah memiliki program pertukaran Muslim yang sukses sejak tahun 2002. Dan program untuk memperkuat penelitian dan pengajaran di Universitas Islam Indonesia melalui program studi doktoral di Australian National University."
Perdana Menteri Morrison telah memimpin ini bersama dengan Presiden Widodo. Dalamdiskusi pertama mereka sebagai pemimpin di Bogor pada Agustus tahun lalu, mereka sepakatuntuk mempromosikan lebih banyak keterlibatan dengan kaum muda kita. Dialog antaragamapertama Australia dengan Indonesia - menyatukan para anggota agama utama - diadakan diBandung pada bulan Maret tahun ini. Komunitas Muslim Australia memiliki koneksi sendiridengan rekan-rekan Indonesia. Dewan Imam Nasional Australia baru saja menyetujuiprogram kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia.
Pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia tahun depan - yang didasarkan pada tradisi Islam Indonesia yangbertoleransi - akan menawarkan peluang baru untuk kolaborasi yang lebih besar antarakomunitas Muslim kita.
Tahun lalu, dua akademisi terkemuka dalam bidang Indonesia yang berasal dari Australia -Tim Lindsey dan Dave McRae – menerbitkan koleksi esai berjudul "Tetangga Sebelah yang tak Dikenal?: Indonesia dan Australia di Masa Asia.”
Judul mereka bukanlah penilaian, tetapi sebuah pertanyaan.Sebagian besar analisis mereka tentang elemen utama dari hubungan kita menunjukkanbetapa lebih banyak upaya yang diperlukan untuk menjembatani kesenjangan yang masih adasatu sama lain. Itu hal yang tidak mengejutkan.
Akan tetapi, para penulis juga terkejut olehapa yang mereka gambarkan sebagai "kedalaman dan keragaman hubungan yangmengejutkan antara kedua negara" - jelas merupakan dasar yang baik untuk menciptakanfondasi yang bahkan lebih erat. Dunia baru yang tidak dapat diprediksi dan bergejolak di mana kita berada, tentu saja telahmembangkitkan keinginan politik bersama dengan membentuk Kemitraan Strategis Komprehensif dan IA-CEPA dalam rangkaian yang cepat dan seksama selama setahunterakhir, di mana sebagai instrumen dasar transformatif dalam fondasi itu.Saya yakin kita akan mengalami gangguan dalam hubungan kita dari waktu ke waktu, tetapisaya percaya bahwa keadaan kawasan baru yang kita hadapi benar-benar menggerakkan ke arah yang tepat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar